English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Kamis, 19 April 2012

Makalah Etika Profesi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi pria), waria adalah  individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Bagi penulis waria  merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti karena dalam kenyataannya, tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti dan memahami mengapa dan bagaimana perilaku waria dapat terbentuk.
            Perilaku waria tidak dapat dijelaskan dengan deskripsi yang sederhana. Konflik identitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui kajian terhadap setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap manusia atau individu akan selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau gangguan identitas jenis kelamin.
            Berperilaku menjadi waria memiliki banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai masalah: penolakan keluarga, kurang diterima atau bahkan tidak diterima secara sosial, dianggap lelucon, hingga kekerasan baik verbal maupun non verbal. Penolakan terhadap waria tersebut terutama dilakukan oleh masyarakat strata sosial atas. Oetomo (2000) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat strata sosial atas ternyata lebih sulit memahami eksistensi waria, mereka memiliki pandangan negatif terhadap waria dan enggan bergaul dengan waria dibanding masyarakat strata sosial bawah yang lebih toleran. Karena belum diterimanya waria dalam kehidupan masyarakat, maka kehidupan waria menjadi terbatas terutama pada kehidupan hiburan seperti ngamen, ludruk, atau pada dunia kecantikan dan kosmetik dan tidak menutup kemungkinan sesuai realita yang ada, beberapa waria menjadi pelacur untuk memenuhi kebutuhan materiel maupun biologis. Pakar kesehatan masyarakat dan pemerhati waria, Gultom (2002) setuju dengan pendapat seorang waria yang bernama Yuli, bahwa waria merupakan kaum yang paling marginal. Penolakan terhadap waria tidak terbatas rasa “jijik”, mereka juga ditolak untuk mengisi ruang-ruang aktivitas: dari pegawai negeri, karyawan swasta, atau berbagai profesi lain. Bahkan dalam mengurus KTP, persoalan waria juga mengundang penolakan dan permasalahan, maka sebagian besar akhirnya turun dijalanan untuk mencari kebebasan (Kompas, 7 April 2002).
Perlakuan yang tidak adil terhadap waria, tidak lain adalah disebabkan kurang adanya pemahaman masyarakat tentang perkembangan perilaku dan dinamika psikologis yang dialami oleh para waria, sebab selama ini pemberitaan-pemberitaan media, baik media cetak maupun media elektronik, belum sampai menyentuh pada wilayah tersebut. Berdasar atas realitas tersebut peneliti menganggap penting untuk memahami lebih dalam mengenai waria, kebutuhan-kebutuhan atau dorongan yang mengarahkan dan memberi energi pada waria, tekanan-tekanan yang dialami, konflik-konflik yang terjadi, hingga bagaimana mekanisme pertahanan diri yang akan digunakan oleh waria tersebut. Cara yang paling tepat adalah dengan mempelajari dinamika kepribadian beserta faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan hidupnya, dimana hal ini dapat diketahui dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan antisipasi masa depan orang tersebut.
            Penulis berharap dengan informasi yang disampaikan melalui penulisan studi kasus ini akan mampu memberikan gambaran dan penjelasan yang akurat mengenai fenomena waria, sehingga penerimaan dan pemahaman yang terjadi atas fenomena tersebut akhirnya merupakan sebuah pemahaman yang tepat.

1.2.Tujuan
Untuk mengetahui Dinamika Kepribadian Waria dalam menghadapi kehidupannya.Memberi informasi kepada para orang tua dan masyarakat pada umumnya tentang fenomena waria. Mencakup informasi mengenai perkembangan rentang kehidupan waria, faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya waria, serta bagaimana dinamika kepribadian seorang waria.
BAB II
ISI
2.1 Kasus :
Paradigma etika dalam arti luas
Definisi Waria.
Waria (wa
nita-pria) atau wadam (dari hawa adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebutan bencong juga dikenakan terhadap waria dan bersifat negatif.
1. Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu karena ada masalah antara lain dalam susunan kromosom, ketidakseimbangan hormon, struktur otak,  kelainan susunan syaraf otak.
2. Faktor lain yaitu faktor di luar fisiologis adalah terdapat ganguan perkembangan psikseksual pada masa anak-anak, faktor sosiokultural, yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan yang tidak benar, dan terakhir adalah faktor lingkungan.
Nah faktor lingkungan inilah yang saat ini besar pengaruhnya. Khususnya bagi remaja. Karena waria/bencong seolah-olah sudah menjadi perilaku yang LAZIM. Sehingga mudah ditiru. Media massa sangat membantu kelaziman tersebut.
Mencermati dua faktor tersebut tidak bisa serta merta dikatakan sebagai pilihan atau nasib.
Semua orang bila ditanya nggak mau menjadi waria.

Paradigma etika dalam arti sempit.
Masuk dalam gangguan Kejiwaan yang disebut dengan gangguan identitas jenis kelamin yaitu transeksualisme. Orientasi seksual kepada sejenis atau homoseksual. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan sexual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri merek sebagai gay atau lesbian. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Waria itu homosek dengan penampilan perempuan. Kalo Gay homosek yang penampilannya macho/gagah. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks. Para lesbian ini ada yang berpenampilan maskulin tapi ada yang feminim.

Kontra terhadap waria:
Tindakan masyarakat yang harus bijak yaitu dengan tidak memarginalkan atau mencemooh tapi membantu mereka untuk sembuh atau membantu mereka untuk memilih jadi manusia yang diridhoi Allah SWT.
Waria dalam sudut pandang islam
:
Samp
ai kapanpun islam ngga akan pernah mentoleransi keberadaan waria ditengah masyarakat. Meski media massa tertentu mengopinikan kalo waria itu bagian dari kodrat, Islam menganggap itu salah. Karena waria menyalahi kodrat.
Sejak zaman nabi-nabi terdahulu,
fenomena laki-laki menyerupai perempuan itu sudah ada. Bahkan ada hadist sangat keras melihat fenomena tersebut.
“Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya”
Waria
dalam sudut pandang Hukum
Briptu,Tonny.S : Waria dimata hukum sama aja kaya yang laennya.kalo dy salh ya kita pidana.kalo ngga ya ngga. kal
au masalah penangkapan waria di taman lawang itu sebaiknya ditanyakan ke SATPOL PP, karena SATPOL PP lebih tahu. kalau masalah razia taman lawang itu sebenarnya hanya penertiban aja sih supaya ga ada Pekat (penyakit masyarakat)
Waria dalam sudut pandang masyarakat
Waria ya jelas salah,
dia menyalahi kodrat. Dan inilah tanda-tanda akhir zaman, dimana cowok kaya cewek dan cewek kaya cowok.

Pro terhadap waria:
WARIA SAY :
“Kami tak pernah meminta di lahirkan sebagai waria dengan mendandani diri seperti wanita, ia mendapatkan kenikmatan batin yang begitudalam. ia seolah berhasil melepas beban psikologi yang selama ini masih memberatkannya.
>> Saya seorang lelaki yang pernah tinggal di luar indonesia, sehari-hari saya bekerja selalu mengenakan celana kemeja, terkadang mengenakan dasi, tergantung dari kebutuhan. tetapi jika di waktu senggang jika ada teman yang senada, kami suka mengenakan pakaian wanita, dan diperlakukan seperti wanita. saya tidak berfikir bahwa saya adalah seorang waria, karena saya meyadari jati diri saya sebagai pria. teman waria yang saya dapat saat ini adalah teman yang dapat membantu saya untuk dandan seperti wanita. dalam berhubungan, saya lebih suka berhubungan dengan wanita.
Pertanyaan yang di jawab narasumber :
1.      Tentang suka dukanya menjadi waria
Ini hasil dari ngerumpi dan ngumpul ama waria yang lain. Kebanyakan dari masyarakat masih belum dapat menerima bahwa ada segment masyarakat lagi mempunyai kondisi terjebak dalam tubuh yang salah (para kaum waria sering mengatakan bahwa mereka berjiwa wanita, tapi terjebak di tubuh pria). Kaum waria merasa menjadi masyarakat kelas 2, terkadang di pandang sebelah mata (meskipun ada beberapa dari mereka yg memiliki pendidikan strata 1 atau tingkat sarjana). Meskipun secara politik, ketika masa pemilu jika mereka hendak memilihpun diizinkan oleh RT/RW setempat. Mereka biasanya tinggal secara berkelompok untuk dapat saling mendukung. sukanya sebagai waria, jika bertemu dengan sesama waria, merasa lebih dekat dari pada saudara sendiri. Dukanya, terkadang harus berbohong kepada keluarga tentang kondisi mereka. ada beberapa keluarga jg yg telah mendapat menerima kondisi anggotanya sehingga dapat diajak berpartisipasi sewaktu acara" mentas.

2. Gimana tanggapan anda dengan masyarakat yang selalu mengucilkan waria ?
Masyarakat pada umumnya masih belum tahu, belum dapat menerima dan merasa asing dengan adanya jenis kelamin yang ketiga ( the third gender). sehingga selalu mendapat cibiran kemanapun mereka (kaum waria) berada. Beda sekali dengan negara tetangga kita seperti Thailand maupun Malaysia, rakyat di negara itu dapat menerima yg namanya the third gender. Sehingga kaum waria dapat bekerja ditempat umumnya, seperti sebagai pelaya lestoran, tukang masak (koki), pemandu tour (tour guide), dan pekerjaan pada umumnya. ( ini yang di lihatnya dan dialaminya sendiri) sangatlah berbeda dengan kondisi kerja para waria di negri ini. Kaum waria yang di anggap sebagai masyarakat kelas2, tidak pernah mendapat lapangan kerja yang layak. Pada umumnya waria selalu diasosiasikan dengan waria pengamen, peminta-minta dan pekerja seks komersial. dan dan stereotyping ini menyebabkanpemilik usaha berkeberatan untuk memperkejakan kaum waria. (apakah ini termasuk mengucilkan waria?) selama ini saya hanya kenal 1 waria yg kerja sebagai pegawai toko. Para waria di tiap kota mempunyai wadah (yayasan) tersendiri, mereka selalu membekali anggotanya dengan bebagai macam keahlian. Dan mereka juga menjadi titik kontak jika ada penyelenggaraan hiburan yang ingin menampilkan tarian yang di tampilkan oleh kaum waria, tapi sayang sering di salah gunakan oleh mereka, karna setelah peltihan perangkat pelatihannya gak pernah sampe kerumah, ditengah jalan dah di jual oleh mereka. tapi ada juga yang dengan tekun membuka salon. dan berkembang salonnya. Beberapa waria ada juga yang bekerja sebagai pekerja di LSM, untuk menjangkau kaumnya, untuk penyebaran informasi, maupun survey. saya pun pernah melakukan pelatihan bahasa inggris di salah satu yayasan waria, tapi karna keterbatasan waktu dan sarana, akhirnya berhenti setelah 1 minggu.
3.Apa harapan kedepan ?
Harapanya yaitu jika pemerintah dapat menyediakan lapangan kerja bagi mereka, penyosialisasi mengenai kuaum waria. Telah dilakukan oleh salah satu stasiun TV dalam bentuk "be a man" maaf, tapi saya merasa itu lebih merendahka martabat kaum waria. karena mereka toh tidak diperlakukan secara manusiawi di acara tesebut. Selain itu kesannya kita tuh sangat menyukai dan mendapat kesenangan atas penderitaan orang lain, dalam hal ini kaum waria seperti ini bagaimana kaum waria dapat menaikkan level atau tingkat kehidupan mereka.
Ini ada sambungan dari rekan waria dari medan :
1. Suka dukanya menjadi waria ?
Banyak sekali seperti tidak diakui lagi jadi anak, itu dukanya. tapi sukanya sering main sama cwo yang kita cintai.
2. Tanggapan saya adalah : biar para waria mengekspresikan kreasi walaupun masyarakat sering mengucilkan para waria
3. Harapan kedepannya : supaya para waria bisa di terima oleh masyarakat luas.





BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Ada tiga faktor penyebab seseorang menjadi waria yaitu :
1.      Biogenik
Seseorang menjadi waria disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor biologis atau jasmaniah, dimana yang bersangkutan menjadi waria dipengaruhi oleh lebih dominannya hormon seksual perempuan dan merupakan faktor genetik seseorang. Selain itu, neuron yang ada di waria sama dengan neuron yang dimiliki perempuan. Dominannya neuron dan hormon seksual perempuan mempengaruhi pola perilaku seseorang menjadi feminim dan berperilaku perempuan.
2.      Psikogenik
Seseorang menjadi waria juga ada yang disebabkan oleh faktor psikologis, dimana pada masa kecilnya, anak laki-laki menghadapi permasalahan psikologis yang tidak menyenangkan baik dengan orang tua, jenis kelamin yang lain, frustasi hetereseksual, adanya iklim keluarga yang tidak harmonis yang mempengaruhi perkembangan psikologis anak maupun keinginan orang tua memiliki anak perempuan namun kenyataannya anaknya adalah seorang laki-laki.
Kondisi tersebut, telah menyebabkan perlakuan atau pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan dan telah membentuk perilaku laki-laki menjadi feminim bahkan kewanitaan.

3. Sosiogenik
a. Keadaan lingkungan sosial yang kurang kondusif akan mendorong adanya penyimpangan perilaku seksual. Berbagai stigma dan pengasingan masyarakat terhadap komunitas waria memposisikan diri waria membentuk atau berkelompok dengan komunitasnya. Kondisi tersebut ikut mendorong para waria untuk bergabung dalam komunitasnya dan semakin matang menjadi seorang waria baik dalam perilaku maupun orientasi sexualnya.
b. Dalam beberapa kasus, sulitnya mencari pekerjaan bagi para lelaki tertentu di kota besar menyebabkan mereka mengubah penampilan menjadi waria hanya untuk mencari nafkah dan atau yang lama kelamaan menjadi permanen.
c. Pada keluarga tertentu, kesalahan pola asuh yang diterapkan oleh keluarga terhadap anggota keluarganya terutama yang dialami oleh anak laki-lakinya dimasa kecil. Seperti keinginan orang tua memiliki anak perempuan, sehingga ada sikap dan perilaku orang tua yang mempersepsikan anak lelakinya sebagai anak perempuan dengan memberikan pakaian anak perempuan, maupun mendandani anak laki-lakinya layaknya seperti anak perempuan.
Dari berbagai gambaran penyebab seseorang menjadi waria. Ada dua besaran permasalahan pelayanan sosial terhadap waria yaitu permasalahan yang bersifat internal dan eksternal.
Tak banyak sebenarnya yang dituntut oleh kaum waria itu. Hanya pengakuan akan keberadaan mereka dan kesetaraan akan segala hal yang berhubungan dengan kemanusiaan. Sebagai contoh adalah susahnya waria untuk mencari pekerjaan yang dapat digunakan sebagai penopang hidup mereka. Padahal tidak semua waria suka bersikap kasar dan bertindak seenaknya. Bila hal seperti ini terus berlanjut, tak heran banyak waria yang akhirnya terpaksa mencari nafkah dengan mengamen di jalan. Dan ekstrimnya, mereka terpaksa berpenampilan “wah” untuk menarik perhatian masyarakat sehingga masyarakat paham bahwa mereka eksis. Jadi, jangan salahkan waria bila mereka mencari berbagai macam cara, yang terkadang membuat kita merasa tidak nyaman, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

















BAB IV
DAFTAR PUSTAKA


0 komentar:

Posting Komentar

Text

Total Tayangan Halaman

Daftar pengunjung

x


Entri Populer

GosuBlogger