PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi
pria), waria adalah individu yang
memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berperilaku dan berpakaian seperti
layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritas dalam
masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah,
terutama di kota-kota besar. Bagi penulis waria
merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti karena dalam
kenyataannya, tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti dan memahami
mengapa dan bagaimana perilaku waria dapat terbentuk.
Perilaku waria tidak dapat
dijelaskan dengan deskripsi yang sederhana. Konflik identitas jenis kelamin
yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui kajian terhadap setiap
tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap manusia atau individu akan selalu
berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri
manusia yang sangat penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu
diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Keberhasilan
individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin ditentukan oleh berhasil
atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami perilaku sesuai
dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan memahami
peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau
gangguan identitas jenis kelamin.
Berperilaku menjadi waria memiliki
banyak resiko. Waria dihadapkan pada berbagai masalah: penolakan keluarga,
kurang diterima atau bahkan tidak diterima secara sosial, dianggap lelucon,
hingga kekerasan baik verbal maupun non verbal. Penolakan terhadap waria
tersebut terutama dilakukan oleh masyarakat strata sosial atas. Oetomo (2000)
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat strata sosial atas ternyata
lebih sulit memahami eksistensi waria, mereka memiliki pandangan negatif
terhadap waria dan enggan bergaul dengan waria dibanding masyarakat strata
sosial bawah yang lebih toleran. Karena belum diterimanya waria dalam kehidupan
masyarakat, maka kehidupan waria menjadi terbatas terutama pada kehidupan
hiburan seperti ngamen, ludruk, atau pada dunia kecantikan dan kosmetik dan
tidak menutup kemungkinan sesuai realita yang ada, beberapa waria menjadi
pelacur untuk memenuhi kebutuhan materiel maupun biologis. Pakar kesehatan
masyarakat dan pemerhati waria, Gultom (2002) setuju dengan pendapat seorang
waria yang bernama Yuli, bahwa waria merupakan kaum yang paling marginal.
Penolakan terhadap waria tidak terbatas rasa “jijik”, mereka juga ditolak untuk
mengisi ruang-ruang aktivitas: dari pegawai negeri, karyawan swasta, atau
berbagai profesi lain. Bahkan dalam mengurus KTP, persoalan waria juga
mengundang penolakan dan permasalahan, maka sebagian besar akhirnya turun
dijalanan untuk mencari kebebasan (Kompas, 7 April 2002).
Perlakuan yang tidak adil terhadap waria, tidak
lain adalah disebabkan kurang adanya pemahaman masyarakat tentang perkembangan
perilaku dan dinamika psikologis yang dialami oleh para waria, sebab selama ini
pemberitaan-pemberitaan media, baik media cetak maupun media elektronik, belum
sampai menyentuh pada wilayah tersebut. Berdasar atas realitas tersebut
peneliti menganggap penting untuk memahami lebih dalam mengenai waria,
kebutuhan-kebutuhan atau dorongan yang mengarahkan dan memberi energi pada
waria, tekanan-tekanan yang dialami, konflik-konflik yang terjadi, hingga
bagaimana mekanisme pertahanan diri yang akan digunakan oleh waria tersebut.
Cara yang paling tepat adalah dengan mempelajari dinamika kepribadian beserta
faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan hidupnya, dimana hal ini dapat
diketahui dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan antisipasi masa depan
orang tersebut.
Penulis berharap dengan
informasi yang disampaikan melalui penulisan studi kasus ini akan mampu
memberikan gambaran dan penjelasan yang akurat mengenai fenomena waria,
sehingga penerimaan dan pemahaman yang terjadi atas fenomena tersebut akhirnya
merupakan sebuah pemahaman yang tepat.
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui Dinamika Kepribadian Waria dalam menghadapi
kehidupannya.Memberi informasi kepada para orang tua dan masyarakat pada
umumnya tentang fenomena waria. Mencakup informasi mengenai perkembangan
rentang kehidupan waria, faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya
waria, serta bagaimana dinamika kepribadian seorang waria.
BAB II
ISI
2.1 Kasus :
Paradigma
etika dalam arti luas
Definisi Waria.
Waria (wanita-pria) atau wadam (dari hawa adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari.
Waria (wanita-pria) atau wadam (dari hawa adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebutan bencong juga
dikenakan terhadap waria dan bersifat negatif.
1. Faktor genetik dan
fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu karena ada masalah antara
lain dalam susunan kromosom, ketidakseimbangan hormon, struktur otak, kelainan
susunan syaraf otak.
2. Faktor lain yaitu faktor di luar fisiologis adalah terdapat ganguan perkembangan psikseksual pada masa anak-anak, faktor sosiokultural, yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan yang tidak benar, dan terakhir adalah faktor lingkungan.
Nah faktor lingkungan inilah yang saat ini besar pengaruhnya. Khususnya bagi remaja. Karena waria/bencong seolah-olah sudah menjadi perilaku yang LAZIM. Sehingga mudah ditiru. Media massa sangat membantu kelaziman tersebut.
Mencermati dua faktor tersebut tidak bisa serta merta dikatakan sebagai pilihan atau nasib. Semua orang bila ditanya nggak mau menjadi waria.
2. Faktor lain yaitu faktor di luar fisiologis adalah terdapat ganguan perkembangan psikseksual pada masa anak-anak, faktor sosiokultural, yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan yang tidak benar, dan terakhir adalah faktor lingkungan.
Nah faktor lingkungan inilah yang saat ini besar pengaruhnya. Khususnya bagi remaja. Karena waria/bencong seolah-olah sudah menjadi perilaku yang LAZIM. Sehingga mudah ditiru. Media massa sangat membantu kelaziman tersebut.
Mencermati dua faktor tersebut tidak bisa serta merta dikatakan sebagai pilihan atau nasib. Semua orang bila ditanya nggak mau menjadi waria.
Paradigma etika dalam arti sempit.
Masuk
dalam gangguan Kejiwaan yang disebut dengan gangguan identitas jenis kelamin
yaitu transeksualisme. Orientasi seksual kepada sejenis atau homoseksual.
Pada penggunaan
mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan
sexual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak
mengidentifikasi diri merek sebagai gay atau lesbian. Istilah gay adalah suatu
istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Waria itu
homosek dengan penampilan perempuan. Kalo Gay homosek yang penampilannya
macho/gagah. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan
untuk merujuk kepada wanita homoseks. Para lesbian ini ada yang berpenampilan
maskulin tapi ada yang feminim.
Kontra terhadap waria:
Tindakan masyarakat yang harus bijak yaitu dengan tidak memarginalkan atau mencemooh tapi membantu mereka untuk sembuh atau membantu mereka untuk memilih jadi manusia yang diridhoi Allah SWT.
Waria dalam sudut pandang islam:
Sampai kapanpun islam ngga akan pernah mentoleransi keberadaan waria ditengah masyarakat. Meski media massa tertentu mengopinikan kalo waria itu bagian dari kodrat, Islam menganggap itu salah. Karena waria menyalahi kodrat.
Sejak zaman nabi-nabi terdahulu, fenomena laki-laki menyerupai perempuan itu sudah ada. Bahkan ada hadist sangat keras melihat fenomena tersebut.
“Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya”
Waria dalam sudut pandang Hukum
Briptu,Tonny.S : Waria dimata hukum sama aja kaya yang laennya.kalo dy salh ya kita pidana.kalo ngga ya ngga. kalau masalah penangkapan waria di taman lawang itu sebaiknya ditanyakan ke SATPOL PP, karena SATPOL PP lebih tahu. kalau masalah razia taman lawang itu sebenarnya hanya penertiban aja sih supaya ga ada Pekat (penyakit masyarakat)
Waria dalam sudut pandang masyarakat
Waria ya jelas salah, dia menyalahi kodrat. Dan inilah tanda-tanda akhir zaman, dimana cowok kaya cewek dan cewek kaya cowok.
Tindakan masyarakat yang harus bijak yaitu dengan tidak memarginalkan atau mencemooh tapi membantu mereka untuk sembuh atau membantu mereka untuk memilih jadi manusia yang diridhoi Allah SWT.
Waria dalam sudut pandang islam:
Sampai kapanpun islam ngga akan pernah mentoleransi keberadaan waria ditengah masyarakat. Meski media massa tertentu mengopinikan kalo waria itu bagian dari kodrat, Islam menganggap itu salah. Karena waria menyalahi kodrat.
Sejak zaman nabi-nabi terdahulu, fenomena laki-laki menyerupai perempuan itu sudah ada. Bahkan ada hadist sangat keras melihat fenomena tersebut.
“Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya”
Waria dalam sudut pandang Hukum
Briptu,Tonny.S : Waria dimata hukum sama aja kaya yang laennya.kalo dy salh ya kita pidana.kalo ngga ya ngga. kalau masalah penangkapan waria di taman lawang itu sebaiknya ditanyakan ke SATPOL PP, karena SATPOL PP lebih tahu. kalau masalah razia taman lawang itu sebenarnya hanya penertiban aja sih supaya ga ada Pekat (penyakit masyarakat)
Waria dalam sudut pandang masyarakat
Waria ya jelas salah, dia menyalahi kodrat. Dan inilah tanda-tanda akhir zaman, dimana cowok kaya cewek dan cewek kaya cowok.
Pro terhadap waria:
WARIA SAY :
“Kami tak pernah meminta di lahirkan sebagai waria
dengan mendandani diri seperti wanita, ia mendapatkan kenikmatan batin yang
begitudalam. ia seolah berhasil melepas beban psikologi yang selama ini masih
memberatkannya.”
>>
Saya seorang lelaki yang pernah tinggal di luar indonesia, sehari-hari saya
bekerja selalu mengenakan celana kemeja, terkadang mengenakan dasi, tergantung
dari kebutuhan. tetapi jika di waktu senggang jika ada teman yang senada, kami
suka mengenakan pakaian wanita, dan diperlakukan seperti wanita. saya tidak
berfikir bahwa saya adalah seorang waria, karena saya meyadari jati diri saya
sebagai pria. teman waria yang saya dapat saat ini adalah teman yang dapat
membantu saya untuk dandan seperti wanita. dalam berhubungan, saya lebih suka
berhubungan dengan wanita.
Pertanyaan
yang di jawab narasumber :
1.
Tentang suka dukanya menjadi waria
Ini hasil dari ngerumpi dan ngumpul ama waria
yang lain. Kebanyakan dari masyarakat masih belum dapat menerima bahwa ada
segment masyarakat lagi mempunyai kondisi terjebak dalam tubuh yang salah (para
kaum waria sering mengatakan bahwa mereka berjiwa wanita, tapi terjebak di tubuh
pria). Kaum waria merasa menjadi masyarakat kelas 2, terkadang di pandang
sebelah mata (meskipun ada beberapa dari mereka yg memiliki pendidikan strata 1
atau tingkat sarjana). Meskipun secara politik, ketika masa pemilu jika mereka
hendak memilihpun diizinkan oleh RT/RW setempat. Mereka biasanya tinggal secara
berkelompok untuk dapat saling mendukung. sukanya sebagai waria, jika bertemu
dengan sesama waria, merasa lebih dekat dari pada saudara sendiri. Dukanya,
terkadang harus berbohong kepada keluarga tentang kondisi mereka. ada beberapa
keluarga jg yg telah mendapat menerima kondisi anggotanya sehingga dapat diajak
berpartisipasi sewaktu acara" mentas.
2. Gimana
tanggapan anda dengan masyarakat yang selalu mengucilkan waria ?
Masyarakat
pada umumnya masih belum tahu, belum dapat menerima dan merasa asing dengan
adanya jenis kelamin yang ketiga ( the third gender). sehingga selalu mendapat
cibiran kemanapun mereka (kaum waria) berada. Beda sekali dengan negara
tetangga kita seperti Thailand maupun Malaysia, rakyat di negara itu dapat
menerima yg namanya the third gender. Sehingga kaum waria dapat bekerja
ditempat umumnya, seperti sebagai pelaya lestoran, tukang masak (koki), pemandu
tour (tour guide), dan pekerjaan pada umumnya. ( ini yang di lihatnya dan
dialaminya sendiri) sangatlah berbeda dengan kondisi kerja para waria di negri
ini. Kaum waria yang di anggap sebagai masyarakat kelas2, tidak pernah mendapat
lapangan kerja yang layak. Pada umumnya waria selalu diasosiasikan dengan waria
pengamen, peminta-minta dan pekerja seks komersial. dan dan stereotyping ini
menyebabkanpemilik usaha berkeberatan untuk memperkejakan kaum waria. (apakah
ini termasuk mengucilkan waria?) selama ini saya hanya kenal 1 waria yg kerja
sebagai pegawai toko. Para waria di tiap kota mempunyai wadah (yayasan)
tersendiri, mereka selalu membekali anggotanya dengan bebagai macam keahlian.
Dan mereka juga menjadi titik kontak jika ada penyelenggaraan hiburan yang
ingin menampilkan tarian yang di tampilkan oleh kaum waria, tapi sayang sering
di salah gunakan oleh mereka, karna setelah peltihan perangkat pelatihannya gak
pernah sampe kerumah, ditengah jalan dah di jual oleh mereka. tapi ada juga
yang dengan tekun membuka salon. dan berkembang salonnya. Beberapa waria ada
juga yang bekerja sebagai pekerja di LSM, untuk menjangkau kaumnya, untuk
penyebaran informasi, maupun survey. saya pun pernah melakukan pelatihan bahasa
inggris di salah satu yayasan waria, tapi karna keterbatasan waktu dan sarana,
akhirnya berhenti setelah 1 minggu.
3.Apa
harapan kedepan ?
Harapanya
yaitu jika pemerintah dapat menyediakan lapangan kerja bagi mereka,
penyosialisasi mengenai kuaum waria. Telah dilakukan oleh salah satu stasiun TV
dalam bentuk "be a man" maaf, tapi saya merasa itu lebih merendahka
martabat kaum waria. karena mereka toh tidak diperlakukan secara manusiawi di
acara tesebut. Selain itu kesannya kita tuh sangat menyukai dan mendapat
kesenangan atas penderitaan orang lain, dalam hal ini kaum waria seperti ini
bagaimana kaum waria dapat menaikkan level atau tingkat kehidupan mereka.
Ini
ada sambungan dari rekan waria dari medan :
1. Suka
dukanya menjadi waria ?
Banyak
sekali seperti tidak diakui lagi jadi anak, itu dukanya. tapi sukanya sering
main sama cwo yang kita cintai.
2. Tanggapan
saya adalah : biar para waria mengekspresikan kreasi walaupun masyarakat sering
mengucilkan para waria
3. Harapan
kedepannya : supaya para waria bisa di terima oleh masyarakat luas.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Ada
tiga faktor penyebab seseorang menjadi waria yaitu :
1. Biogenik
Seseorang
menjadi waria disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor biologis atau jasmaniah,
dimana yang bersangkutan menjadi waria dipengaruhi oleh lebih dominannya hormon
seksual perempuan dan merupakan faktor genetik seseorang. Selain itu, neuron
yang ada di waria sama dengan neuron yang dimiliki perempuan. Dominannya neuron
dan hormon seksual perempuan mempengaruhi pola perilaku seseorang menjadi
feminim dan berperilaku perempuan.
2. Psikogenik
Seseorang
menjadi waria juga ada yang disebabkan oleh faktor psikologis, dimana pada masa
kecilnya, anak laki-laki menghadapi permasalahan psikologis yang tidak
menyenangkan baik dengan orang tua, jenis kelamin yang lain, frustasi
hetereseksual, adanya iklim keluarga yang tidak harmonis yang mempengaruhi
perkembangan psikologis anak maupun keinginan orang tua memiliki anak perempuan
namun kenyataannya anaknya adalah seorang laki-laki.
Kondisi
tersebut, telah menyebabkan perlakuan atau pengalaman psikologis yang tidak
menyenangkan dan telah membentuk perilaku laki-laki menjadi feminim bahkan
kewanitaan.
3. Sosiogenik
a. Keadaan
lingkungan sosial yang kurang kondusif akan mendorong adanya penyimpangan
perilaku seksual. Berbagai stigma dan pengasingan masyarakat terhadap komunitas
waria memposisikan diri waria membentuk atau berkelompok dengan komunitasnya.
Kondisi tersebut ikut mendorong para waria untuk bergabung dalam komunitasnya
dan semakin matang menjadi seorang waria baik dalam perilaku maupun orientasi
sexualnya.
b. Dalam
beberapa kasus, sulitnya mencari pekerjaan bagi para lelaki tertentu di kota
besar menyebabkan mereka mengubah penampilan menjadi waria hanya untuk mencari
nafkah dan atau yang lama kelamaan menjadi permanen.
c. Pada
keluarga tertentu, kesalahan pola asuh yang diterapkan oleh keluarga terhadap
anggota keluarganya terutama yang dialami oleh anak laki-lakinya dimasa kecil.
Seperti keinginan orang tua memiliki anak perempuan, sehingga ada sikap dan
perilaku orang tua yang mempersepsikan anak lelakinya sebagai anak perempuan
dengan memberikan pakaian anak perempuan, maupun mendandani anak laki-lakinya
layaknya seperti anak perempuan.
Dari berbagai gambaran penyebab seseorang menjadi
waria. Ada dua besaran permasalahan pelayanan sosial terhadap waria yaitu
permasalahan yang bersifat internal dan eksternal.
Tak banyak sebenarnya yang dituntut oleh kaum waria
itu. Hanya pengakuan akan keberadaan mereka dan kesetaraan akan segala hal yang
berhubungan dengan kemanusiaan. Sebagai contoh adalah susahnya waria untuk
mencari pekerjaan yang dapat digunakan sebagai penopang hidup mereka. Padahal
tidak semua waria suka bersikap kasar dan bertindak seenaknya. Bila hal seperti
ini terus berlanjut, tak heran banyak waria yang akhirnya terpaksa mencari
nafkah dengan mengamen di jalan. Dan ekstrimnya, mereka terpaksa berpenampilan
“wah” untuk menarik perhatian masyarakat sehingga masyarakat paham bahwa mereka
eksis. Jadi, jangan salahkan waria bila mereka mencari berbagai macam cara,
yang terkadang membuat kita merasa tidak nyaman, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar